Religious Myspace Comments

Minggu, 29 Agustus 2010

AISYIYAH berjuang lewat PENA




1926 Aisyiyah Berjuang Lewat Pena
IPM KESAMBI|   29 AGUSTUS 2010 |  20:06

383
2
pelajar.muhkesambi@gmail.com.
“Deradjat kaoem iboe di tanah Arab zaman dahoeleoe orang telah mengetahoei
boeroeknja. Orang perempoean disamakan dengan binatang ternak dan
sesamanja. Pada zaman itoe orang Arab soedah djadi kebiasaannja memboenoeh
 anaknja jang keloear perempoean meskipoen ta’berdosa.”
(Soeara Aisyiyah, No.1-4/ September 1929).
Kutipan di atas saya peroleh dari artikel Soedarmah Solo
 berjudul, Kemoeliaan Kaoem Iboe. Saya bersyukur karena
 beberapa bulan yang lalu, Syafaat R Selamet, alumni IMM
 Jawa Barat memberikan naskah mentah penelitiannya tentang
kiprah ‘Aisyiyah di dunia pers. Coba Anda bayangkan, sebegitu
 besar peran perempuan Muhammadiyah bagi bangsa ini.
Di tengah dominasi pemahaman maskulin suara pena ‘Aisyiyah
 menjadi gerbang awal memasuki kesadaran perempuan di Indonesia.
Artikel dalam Soeara ‘Aisyiyah itu ditulis sebelum negeri ini merdeka. Perempuan
di era prakemerdekaan eksistensinya masih tak dihargai. Karena itulah kemudian
 KH Ahmad Dahlan meningkatkan gerak perempuan Muhammadiyah, yang waktu itu
dikenal dengan perkumpulan Sopo Tresno. Perkumpulan kaum perempuan ini
kemudian berubah menjadi ‘Aisyiyah pada 22 April 1917.
Di bawah ini saya sertakan ringkasan yang dihasilkan teman saya, Syafaat R Selamet,
tentang kiprah Soeara ‘Aisyiyah dalam dunia pers. Semoga saja, hasil penelitian ini
 dapat menyadarkan bangsa atas peran perempuan pada masa prakemerdekaan
sampai negeri ini merdeka. Untuk menghemat kavling atau ruang bagi artikel ini
saya ringkas seringkas-ringkasnya. Silakan anda nikmati, telaah dan resapi, peran
 ‘Aisyiyah bagi pengokohan nasionalisme perempuan di negeri ini.
***
Perkumpulan Aisyiyah adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang bercita-cita ‘memperbaharui’ aspek pemahaman dan pengembangan agama Islam di dalam
masyarakat untuk dikembalikan pada ajaran Islam murni yang bersumber dari
Al-Qur’an dan Sunnah. Dalam rentang waktu 3 tahun (1917-1920), Aisyiyah
bergerak menyertai gerakan Muhammadiyah. Utamanya setelah bergerak di Pulau
 Jawa sejak tahun 1920. Aisyiyah mengalami perkembangan sangat pesat bukan
 saja di Yogyakarta. Tapi juga di luar itu. Terutama perkembangan ini setelah
Kongres Muhammadiyah ke-11 tahun 1923 di Yogyakarta.
Pada kongres tersebut, setiap cabang dan groep Muhammadiyah wajib mengadakan
 bagian Aisyiyah, sehingga perkembangan organisasi perempuan Muhammadiyah
 ini semakin pesat. Anggota-anggotanya tidak saja gadis-remaja. Melainkan juga
ibu-ibu rumahtangga. Bahkan dua tahun setelah Aisyiyah berdiri (1919), Aisyiyah
sudah merintis Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) semacam Play Group. Yang
kemudian berkembang menjadi Taman Kanak-Kanak bernama TK Bustanul Athfal
yang tersebar di seluruh Hindia Belanda. Selain itu pula mendirikan Siswo Proyo
Wanito, sebuah perkumpulan murid-murid puteri di luar sekolah. Perkumpulan ini
kemudian tahun 1930 berkembang menjadi Nasyi’atul ‘Aisyiyah (NA).
Tahun 1922 Aisyiyah berkembang pesat terutama di daerah kelahirannya. Kondisi
 ini mendorong pengurusnya untuk semakin intensif melakukan pertemuan,
rapat-rapat persiapan untuk melakukan kegiatan-kegiatan. Aisyiyah berhasil
mendirikan tempat pertemuan dan pendidikan khusus kalangan perempuan,
yang dikenal dengan Masjid (Mushala) Isteri. Sebagai satu-satunya Masjid
Perempuan pertama di Indonesia. Mushala ini menjadi sentral kegiatan Aisyiyah
dalam merencanakan kegiatan-kegiatannya. Dari sinilah muncul ide-ide baru untuk
membuka amal usaha organisasi.
Setahun kemudian, Aisyiyah mengadakan pemberantasan buta huruf. Baik
 pemberantasan buta huruf Latin ataupun Arab. Upaya ini diharapkan dapat
 menghilangkan kebodohan, karena dengan membaca dan menulis, orang
dapat menggali ilmui-ilmu yang bermanfaat. Upaya buta huruf yang dilakukan
 Aisyiyah memberikan bukti bahwa Aisyiyah memang benar-benar berperan dalam
memajukan bangsa. Setelah 9 tahun berdirinya, tahun 1926, Aisyiyah berkembang
pesat. Aisyiyah mengiringi perkembangan Muhammadiyah selama 9 tahun (1917-1926).
Maka pada bulan Oktober tahun 1926 yang bertepatan dengan bulan Jumadil
Akhir tahun 1345 H, Aisyiyah menerbitkan majalah organisasi yang bernama Seara
Aisyiyah. Majalah organisasi yang sederhana, menggunakan bahasa daerah (bahasa Jawa). Dengan menerbitkan majalah ini berarti Aisyiyah benar-benar memahami perlunya alat komunikasi yang dengan cepat sampai kepada umat, karena pada waktu itu Aisyiyah
 sudah mulai berkembang jauh dari Yogyakarta. Dengan demikian Aisyiyah dapat
memberikan informasi kemajuan organisasi ataupun penjelasan-penjelasan kepada
 umat lewat media massa Majalah Soeara Aisyiyah tersebut. Majalah ini berisi tentang penyebaran agama Islam, misalnya, agar kaum wanita menutup aurat, memakai kerudung, menjauhi pergaulan bebas, menaati adat sopan santun keislaman, dan sebagainya.
Majalah ini juga dijadikan alat dakwah melalui media massa dan menjadi bacaan bagi ibu-ibu murid atau pengikut Aisyiyah Maghribi School (AMS).
Menarik dicermati, waktu itu belum ada sebuah penerbitan yang dikelola langsung
oleh sebuah organisasi kaum wanita. Kalau pun ada sebelumnya yang bergerak dalam dunia pers, itu belum berbentuk organisasi dalam pengertian modern. Tetapi perkumpulan sederhana belum memiliki tata aturan organisasi, Anggaran Dasar dan Rumah Tangga serta Program Organisasi. Misalnya koran Poetri Hindia (PH) yang terbit tahun 1908 itu karena dirintis RM. Tirto Adhi Soerjo, bukan oleh sebuah organisasi wanita.
Disinilah letak keistimewaan gerakan pena yang digagas ‘Aisyiyah, di mana organisasi ini merupakan fartner dari gerakan Muhammadiyah yang lahir karena ingin memberikan pendidikan dan kesadaran kepada kaum perempuan. Dengan wahana sebuah penerbitan berkala Majalah Soeara ‘Aisyiyah cita-cita itu dapat tersampaikan ke setiap pelosok di bumi nusantara, sehingga terjadi semacam pembentukan kesadaran kolektif, bahwa perempuan juga mesti berperan dalam kebangunan negara Indonesia, di mana pada masa prakemerdekaan perempuan nasibnya masih di dominasi kaum laki-laki.
***
Itulah ringkasan penelitian tentang majalah Soeara ‘Aisyiyah yang dilakukan Syafaat R Selamet dan D. Anindita. Bagi yang berminat untuk menyegarkan kembali gerakan perempuan di tubuh Muhammadiyah, jelang seabad, naskah yang sudah saya edit ini dapat dijadikan telaah awal dalam merancang gerak perempuan di Muhammadiyah. successs generasi kaum perempuan islam Muhammadiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar